Malam Penuh Cahaya: Sukacita Misa Vigili Paskah di Paroki Santo Barnabas

Malam Penuh Cahaya: Sukacita Misa Vigili Paskah di Paroki Santo Barnabas

Sabtu malam yang hening berubah menjadi malam terang penuh sukacita saat umat Paroki Santo Barnabas berkumpul untuk merayakan Misa Vigili Paskah, puncak dari rangkaian Tri Hari Suci. Umat mulai memadati gedung gereja jauh sebelum misa dimulai. Hari ini, panitia kompak mengenakan pakaian daerah.

Misa yang dimulai pukul 18.00 ini dipimpin oleh Romo Blasius Sumaryo, SCJ, dan diawali dengan upacara cahaya di pintu belakang gereja. Kali ini, OMK tampil all-out dengan sepenuhnya mengurus perayaan Ekaristi mulai dari persiapan, membantu romo dan petugas Liturgi, hingga membereskan sarana dan prasarana di akhir misa. Dalam suasana gelap, koordinator misdinar dan OMK menyiapkan api unggun sebagai sumber perapian Lilin Paskah.

Romo pun menyalakan dan memberkati Lilin Paskah, memulai perayaan Ekaristi. Dilanjutkan dengan perarakan ke gereja; tiga kali imam menyerukan, “Kristus cahaya dunia,” dan umat menjawab, “Syukur kepada Allah.” Saat menyerukannya, hati mulai merasa haru. Hingga lilin-lilin kecil umat dinyalakan estafet dan menyebarkan cahaya ke seluruh gereja, melambangkan terang Kristus yang mengalahkan kegelapan dosa.

Setelah gereja dipenuhi cahaya, pada Liturgi Sabda dibacakan dua bacaan Perjanjian Lama dan satu bacaan Perjanjian Baru, serta diakhiri dengan Bacaan Epistola. Ekaristi terasa lebih meriah ketika setiap jeda bacaan, umat merenungkan sabda Tuhan dengan lagu Mazmur Tanggapan dan doa.

Tibalah saat untuk pertama kalinya sejak Prapaskah, nyanyian “Alleluia” kembali dikumandangkan dengan penuh semangat, menandai sukacita kebangkitan.

Dalam homilinya, Romo Maryo menjelaskan bahwa Paskah yang kita rayakan adalah Paskah Baru; Paskah Kebangkitan Tuhan. Injil Yohanes menegaskan pada kita bahwa pada perjamuan malam terakhir, Yesus memberi tubuh dan darah-Nya sebagai tebusan kita, dan yang dilakukan Yesus malam itu menggenapi peristiwa Jumat Agung. Yesus mengubah perayaan paskah bukan lagi perjanjian lama karena hewan kurbannya bukan lagi domba melainkan pribadi Yesus sebagai Anak Domba Allah. Saat konsekrasi, kita memahami makna dari sabda-nya, “Inilah darahku, darah perjanjian baru.”

Adapun pengalaman Maria Magdalena yang mencari Yesus menyampaikan pesan bahwa ketika kita merasa kehadiran dan keindahan kuasa Tuhan, maka carilah Tuhan, maka Tuhan akan menjumpai kita.  “Kita diajak meneladani Maria Magdalena; mencari Tuhan dalam kehidupan, pasti kita akan menemukan Dia, yang memberi sumber damai sukacita,” jelasnya.

Romo mengakhiri homili dengan memberi penjelasan atas pertanyaan, “Mengapa Sabtu malam sudah dirayakan Paskah sedangkan Yesus meninggal pada Jumat sore?”, yaitu, “Pada Tradisi Yahudi, hari baru dimulai pukul 6 sore bukan 12 malam, maka kalau Yesus wafat pada Jumat pukul 3 sore, jam 6 sore sudah mulai hari kedua, dan Sabtu pukul 6 sore seperti ini sudah hari ke-3.”

Misa kemudian dilanjutkan dengan Upacara Baptis, salah satu momen paling menggugah dalam Malam Paskah. Umat memperbaharui janji baptis sebagai tanda kelahiran baru dalam Kristus. Air suci yang sudah diberkati Romo dipercikkan kepada seluruh umat sebagai simbol pembaruan dan penyucian, tak sedikit umat yang akhirnya cukup basah karena terkena percikan air suci berkali-kali.

Puncak perayaan terletak pada Liturgi Ekaristi, roti dan anggur dipersembahkan dan dikonsekrasikan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Umat menerima komuni kudus diiringi nanyian Lagu-lagu Paskah yang penuh sukacita.

Misa Vigili Paskah ditutup dengan berkat meriah dan pengutusan umat untuk menjadi terang dan saksi Kristus di dunia. Umat menuju keluar gereja dengan penuh sukacita, saling mengucapkan Selamat Paskah dan ramai berfoto, mengabadikan momen Paskah di depan instalasi karya kreatif panitia di depan lobby utama gereja.

By Gisela Anabell

Leave a Reply

Your email address will not be published.