Dari Sengsara Menuju Kebangkitan: Refleksi Umat di Jumat Agung

Dari Sengsara Menuju Kebangkitan: Refleksi Umat di Jumat Agung

“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan jiwaku”

Lantunan lirik yang selalu terdengar pada Ibadat Jumat Agung tersebut menggema perlahan, mengalun dalam kesunyian sakral yang menyelimuti ruang ibadat Gereja Santo Barnabas Pamulang. Dalam suasana khidmat dan penuh penghayatan, umat memperingati Jumat Agung, hari yang penuh makna akan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib demi keselamatan umat manusia.

Ibadat pukul 16.30 WIB dihadiri umat dengan mengenakan pakaian serba merah dan nuansa warna gelap sebagai lambang duka dan penyesalan. Tidak seperti misa biasa, perayaan Jumat Agung berlangsung tanpa perayaan Ekaristi dan dimulai dalam keheningan tanpa nyanyian pembukaan.

Ibadat sore ini dipimpin oleh Romo Petrus Cipto Nugroho, SCJ. Ketika lonceng berbunyi, suasana menjadi hening dan khidmat. Romo melangkah menuju altar dan memulai ibadat dengan prostasi (sujud syukur). Prostasi merupakan simbol kerendahan hati, pertobatan, dan penghormatan mendalam terhadap pengorbanan Kristus di kayu salib. Prostrasi ini merupakan salah satu momen paling hening dan penuh makna dalam liturgi Jumat Agung. Umat mengikuti dalam keheningan, sambil berlutut dan berdoa dalam batin.

Liturgi Sabda berpuncak pada pembacaan Passio kisah sengsara Tuhan Yesus menurut Injil Yohanes. Teks panjang ini dibacakan secara dramatis (bernada) oleh narator, suara Yesus, suara Pilatus, serta suara tokoh lainnya. Umat menyimak dengan penuh perhatian, meresapi penderitaan Yesus dari saat ditangkap hingga wafat di kayu salib. Suasana hening dan haru sangat terasa, terlebih saat mendengar: “Dan Yesus menyerahkan nyawa-Nya,” kemudian berlutut.

Selanjutnya, dalam homili, Romo Petrus mengajak umat untuk merenungkan makna penderitaan Yesus dan bagaimana hal itu relevan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita ini sering mengeluh untuk hal-hal kecil. AC di gereja kurang dingin, duduk terlalu lama, atau suara kurang jelas. Padahal, itu semua tidak ada apa-apanya jika dibandingkan penderitaan Yesus di salib,” tegas Romo.

Romo mengingatkan umat agar belajar bersikap lebih baik dan lebih sabar saat menghadapi penderitaan kecil dalam hidup.

Jumat Agung bukan hanya soal mengingat Yesus disalibkan ribuan tahun lalu, tapi soal bagaimana kita bisa bertahan dalam salib-salib kecil setiap hari: dalam keluarga, pekerjaan, atau pelayanan. Kita diajak kuat, bukan karena kuat sendiri, tapi karena Kristus telah lebih dahulu menanggung segalanya untuk kita,” tambahnya.

Ibadat dilanjutkan dengan Doa Umat Meriah, sebuah rangkaian doa permohonan universal yang mencakup intensi untuk Gereja, para pemimpin bangsa, mereka yang menderita, hingga orang-orang yang belum mengenal Kristus. Doa ini dibacakan secara bergantian oleh imam dan umat, dengan respons yang khusyuk dan lantang. Dalam suasana meriah namun tetap khidmat, umat diajak menyatukan diri dengan seluruh Gereja di dunia dalam harapan dan solidaritas.

Puncak perayaan terjadi dalam Penghormatan Salib, saat sebuah salib besar diarak masuk dan dibuka secara bertahap. Imam menyerukan, “Lihatlah kayu salib, di situ tergantung Kristus, penyelamat dunia,” dan umat menjawab, “Mari kita bersembah sujud kepada-Nya.” Kemudian putra altar dan putri sakristi menyebar ke titik-titik penghormatan salib, umat maju satu per satu untuk mencium salib suci sebagai ungkapan iman dan syukur atas pengorbanan Kristus.

Setelah itu, umat menerima Komuni Kudus yang telah dikuduskan pada Kamis Putih. Momen ini berlangsung dalam keheningan penuh penghormatan, sebagai wujud persekutuan dengan Kristus yang telah wafat.

Ibadat ditutup tanpa berkat penutup. Umat keluar dari gereja dalam keheningan, tidak ada nyanyian sukacita. Semua meninggalkan gereja dalam suasana kontemplatif, membawa pulang permenungan mendalam akan makna penderitaan dan kasih Tuhan.

Jumat Agung menjadi momen yang bukan hanya mengenang kematian Kristus, tetapi juga menyadarkan umat akan kasih yang rela berkorban.

By Gisela Anabell

Leave a Reply

Your email address will not be published.