PERGELARAN WAYANG KULIT SEMALAM SUNTUK

Ki Sigid

Rangkaian acara puncak  setelah misa syukur adalah pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan Ki dalang Sigid Ariyanto dan dimeriahkan oleh dagelan Dalijo, Adelia, CS. Pertunjukan wayang kulit diselenggarakan di Lapangan parkir Gedung Andre Prevot. Sebelum pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk juga ditampilkan pagelaran wayang kulit remaja. Dalang wayang kulit remaja ini merupakan anak-anak BIR Gereja Santo Barnabas Paroki Pamulang. Mereka  adalah kakak beradik Vincentius Nihan Hastungkoro dan Kristoforus Sunu Kamarasu. Sebagai nayogo ( pengrawit ) adalah paguyuban Among Laras yang juga dari Paroki Pamulang.

Pergelaran wayang kulit remaja ini merupakan pergelaran wayang kulit padat ( singkat) dengan durasi kurang lebih 2 jam.  Pergelaran wayang kulit remaja dimulai pukul 18.30 – 21.00. Pergelaran wayang padat ini dengan lakon “Dewa Ruci”. Sebelum pergelaran wayang dimulai dilakukan simbolis penyerahan 2 wayang oleh Romo Petrus Cipto Nugroho, SCJ kepada kedua dalang remaja. Wayang Gunungan diterima oleh  yaitu Vincentius Nihan Hastungkoro sedangkan wayang Bimo diterima oleh Kristoforus Sunu Kamarasu. Penyerahan wayang ini sebagai simbol lakon Dewaruci bahwa Pandawa harus terus menempa dirinya dengan iman yang kuat untuk bersatu dengan Tuhannya. Penampilan pertama wayang kulit remaja dengan dalang Kristoforus Sunu Kamarasu. Pada saat gara-gara oleh dalang Ki Sunu juga ditampilkan pementasan karawitan remaja Among Laras. karawitan remaja Among Laras membawakan lagu “Gugur Gunung”. Dengan gaya yang lucu Ki dalang Sunu memperkenalkan satu persatu para pemain gamelan remaja yang tak lain adalah teman- teman Ki daalang Sunu itu sendiri.  Acara selanjutnya adalah penampilan dalang Ki Nihan kakak dari dalang Ki Sunu.

Penampilan kedua dalang remaja dan penampilan karawitan remaja Santo Barnabas membuat penonton tertegun dan membuat penonton memberikan tepuk tangan yang meriah atas penampilannya. Sungguh membanggakan bagi kita sebagai umat paroki Pamulang karena memiliki anak-anak yang terampil dan peduli akan kesenian daerahnya. Tidak hanya budaya jawa, tetapi budaya sumatera Utara, budaya Flobamora juga ditampilkan dalam acara lustrum VI Gereja Santo Barnabas. Ini merupakan keanekaragam, kekayaan suku dan  budaya yang ada di Paroki Pamulang yang patut untuk  diperhatikan, dibina dan dikembangkan sehingga terus terbinanya persatuan dan kesatuan serta lestarinya budaya nusantara. Pada pukul 21.00 pertunjukan wayang kulit remaja usai

Acara selanjutnya adalah pertunjukkan wayang semalam suntuk dengan lakon “Romo Nitis” dengan dalang Ki Sigid  Arianto. Pertunjukan wayang itu dihadiri oleh Bapak Wali Kota Tangerang Selatan yaitu Drs. H. Benyamin Davnie bersama jajarannya. Romo Provinsial SCJ Indonesia yaitu Romo Andreas Suparman SCJ. Dalam Acara pertunjukan wayang kulit semalam suntuk juga dihadiri oleh Bapak Imam Rahayu selaku wakil ketua DPRD Kota tangerang Selatan, Bapak Wanto Sugito Ketua DPC PDI Perjuangan, Sekretaris MUI Kota Tangerang Selatan Bapak Haji Abdul Rozak, ketua FKUB yaitu Drs H. Fahrudin Sukri, Danramil Kecamatan Pamulang Bapak Mayor Sutrisna,  Kapolsek pamulang atau yang mewakili.

Sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai, acara diawali dengan sambutan oleh ketua panitia yaitu Bapak  Matius Ramidi, dilanjutkan dengan sambutan oleh Romo Petrus Cipto Nugroho dan sambutan dari Bapak Wali Kota Tangerang Selatan yaitu Drs. H. Benyamin Davnie. Dalam sambutannya Romo Petrus mengharapkan agar generasi muda mengenal dan mencintai budaya Nusantara. Romo juga mengajak kita semua untuk bersatu padu untuk menciptakan Kota Tangerang Selatan yang cerdas, modern dan religius.  Sedangkan  Drs. H. Benyamin Davnie dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat ulang tahun untuk Paroki Pamulang. Bapak Wali kota juga sangat mengapresiasi kegiatan lustrum VI bukan saja meriah dan semarak bukan saja mencakup aspek sosial, aspek ekonomi bahkan aspek budaya yang ditampilkan dalam pergelaran wayang kulit tetapi juga penggunaan pakain adat dari berbagai daerah di nusantara. Bapak Benyamin juga mengucapkan terimakasih kepada Gereja Santo Barnabas Paroki Pamulang atas peran sertanya dalam membangun Kota Tangerang Selatan terlebih dalam mengatasi penyebaran covid-19.

Setelah sambutan acara dilanjutkan dengan potong tumpeng. Upacara potong tumpeng dengan mengundang tamu undangang ke atas panggung Walikota Tangerang Selatan beserta jajarannya, wakil ketua  DPRD, Ketua DPC PDI Perjuangan, Sekretaris MUI Kota Tangerang Selatan, ketua FKUB, Danramil Kecamatan Pamulang, Romo Andreas Suparman SCJ, Romo Petrus, Ibu Palupi wakil ketua DPH, Matius Ramidi ketua Lustrum VI, Bapak Rm Seno selaku wakil tokoh Gereja Barnabas, Sr. Felixiana SPM selaku pimpinan komunitas SPM di Pamulang, Bapak Hendra ketua RT 2. Secara simbolis Romo Petrus memotong tumpeng dan diberikan kepada Romo  Andreas Suparman SCJ dan  Drs. H. Benyamin Davnie. Momen potong tumpeng sekaligus foto bersama sebagai kenangan atas kebersamaan dan sekaligus menjadi kenangan dalam acara puncak Lustrum VI Gereja Santo Barnabas, Paroki Pamulang.

Penampilan yang turut menyemarakkan  Lustrum VI gereja Santo Barnabas adalah penampilan kosidahan. Kelompok Kosidah ini merupakan binaan penyuluh agama Islam Pamulang. Mereka membawakan beberapa lagu yang diiringi tabuhan rebana dengan syahdu.

Penyerahan wayang oleh Romo Petrus kepada Ki Sigid Arianto sebagai simbol akan segera dimulainya pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk. Wayang yang diserahkan adalah Batara Rama. Wayang semalam suntuk dengan lakon Romo Nitis dengan Ki dalang  Ki Sigid Arianto pun segera di mulai.

Pergelaran wayang berjalan sangat meriah dan padat dengan penonton yang turut menyaksikan secara langsung. Pergelaran wayang juga disiarkan secara live streaming melalui channel youtube dan juga disiarkan ulang di channel youtube Komsos Barnabas. Acara lebih meriah lagi ketika wayang kulit memasuki penampilan limbuk dan cantik. Dalam acara tersebut juga ditampilkan dagelan Dalijo, Adelia, dkk., yang membuat tidak bisa menahan tertawa. Acara semakin seru ketika Romo Petrus diajak tampil di atas panggung bersama Adelia. Tidak ketinggalan Romo Yogie juga diajak naik panggung oleh Dalijo, Adelia untuk bernyanyi dan berjoget bersama.  Begitu pula pada saat goro-goro. Para punakawan mengajak 9 sinden wayang untuk joget ambyar di atas panggung. Itulah keseruan-keseruan yang menghiasi yang mengiringi dan menjadi bumbu rangkaian cerita Romo Nitis hingga paripurna pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk usai.

Penulis: Cerelius Andri Sulistyanto

Fotografer: Komsos

Lingk youtube wayang:

Leave a Reply

Your email address will not be published.