“Wong” itu judul film yang dibuat Paroki Pamulang dalam rangka mengikuti lomba FFA yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Jakarta bekerja sama dengan TSBP5. Sebagai tema besar dari lomba FFA KAJ adalah “Penghormatan Martabat Manusia.” Dalam Film ini mengangkat tokoh Bakti seorang mantan Napi. Banyak orang yang memandang negatif terhadap seorang mantan Napi. Meski ia sudah bertobat namun stempel mantan Napi ini begitu kuat melekat dalam pikiran masyarakat sehingga mempengaruhi pola pikir dan perlakuan terhadap keluarga Pak Bakti sang mantan Napi. Stigma buruk dan penolakan dari masyarakat membuatnya harus berjuang lebih keras lagi untuk menjalani kehidupan dan menafkahi keluarganya. Namun ada kehadiran Pak Wisnu dalam keluarga Bakti memberikan perubahan besar terhadap kehidupan keluarga Bakti. Pak Wisnu begitu menghargai Pak Bakti yang sudah bertobat. Memang mengampuni bukanlah hal yang gampang harus bisa memanusiakan manusia” Nguwongke Uwong.” Itulah gambaran singkat mengenai Film yang telah dibuat oleh Paroki Pamulang untuk ikut menyemarakkan FFA Ardas keuskupan Agung Jakarta.
Waktu yang diberikan untuk membuat film begitu singkat. Setiap peserta lomba FFA Ardas Keuskupan Agung Jakarta diberikan waktu sekitar 1 bulan untuk mempersiapkan pembuatan film. Mengingat waktu yang begitu singkat maka Komsos Barnabas segera membentuk tim FFA Paroki untuk segera membuat perencanaan pembuatan film. Pada hari Minggu pukul 10.00 Komsos mengadakan pertemuan yang akan membahas pembuatan film. Dari hasil pertemuan tersebut diberikan kesempatan untuk sharing cerita yang akan dibuat film. Beberapa orang menyeringkan cerita menarik berkaitan dengan penghargaan akan kesamaan martabat. Salah satu cerita menarik juga yang diusulkan oleh Frater Agus. Setelah sharing mulailah diskusi untuk menentukan judul mana yang akan diambil. Namun juga diberikan kesempatan yang lain untuk memberikan pandangan yang berbeda di luar cerita yang diusulkan. Akhirnya disepakati bahwa pemilihan judul akan dilakukan sambil berjalan yang terpenting segera membentuk tim FFA. Tim FFA Santo Barnabas dengan terdiri dari Penasehat: Romo Petrus Cipto Nugroho SCJ, Penanggung Jawab: Irene Wahyu Budiarti, Excutive Producer: Setiadi Darmawan, Director : Isabella Shandy, Co-Director : Heru Chandra, Asisten Sutradara : Laurensius Giovanni, Produser : Prabandana Raditya, Asisten Produksi :Tristiyanti, Dina Kusuma; Penata Kamera : Andri Sulistyanto, Asisten Kamera 1 : Adrian Finantyo, Asisten Kamera 2 : Agustinus Prasetyo; Clapper : Natanael Riefko; Penata Artistik : Y. Caturwindu Y. P; Kru Artistik : D Riki Fabiono, Bonifasius Adi N, Sound Recordist : Fajar Indrajaya, Gaffer : Yusuf Marwoto, Light Crew : Yoseph Caesario Sinaga, Hananda Agni, Gabriel Posenti, Klementino Mingga, T. A. Felix J. Maitimo; Talent Coordinator : Maria Ayu Permata; Make Up : Severa Aji; Wardrobe : Maria Ayu Permata; Editor : Matius Darwin; BTS : Poniman Chandra, F.Dione. Setelah tim FFA terpilih maka gerak cepat segera disusun membuat timeline kegiatan pembuatan film, pembuatan proposal anggaran , penyusunan naskah, dan pemilihan pemeran film, dll.
Mengingat waktu yang sangat singkat dan waktu untuk bisa melakukan perekaman juga terbatas karena kesibukan dan penggunaan tempat, maka dijadwalkan untuk syuting hanya dilakukan dalam 2 hari yaitu hari Sabtu-Minggu tanggal 15 dan 16 Oktober 2022. Melihat waktu hanya tinggal 2 minggu lagi untuk proses syuting, maka masing-masing tim bekerja maraton. Danang selaku produser sangat intensif mengadakan rapat koordinasi baik secara online maupun offline. Hal ini dilakukan untuk melihat kesiapan masing-masing menjelang proses syuting. Hal-hal yang belum siap dari masing-masing tim langsung dibahas dan segera dicarikan solusinya.
Akhirnya skenario film pun telah berhasil disusun oleh Isabella Shandy bersama Heru Chandra. Film dengan judul “ Wong” mengisahkan seorang mantan Napi yang kemudian kembali ke masyarakat. Namun ia mengalami banyak penolakan di masyarakat. Film “Wong” tersebut sebagai tokoh utama nya adalah Bakti yang diperankan oleh P. Sutedjo dan dengan para pemeran lainnya adalah, Alex L. sebagai Wisnu, Venny I.S. sebagai Maya, J.R. Anabel sebagai Leoni, Marjoko sebagai Baskara, Miomy sebagai Eka, A.Bram W. sebagai Agung, F. Mervia M. sebagai Winda, Anette A.E. sebagai Frida, Elisa B. sebagai pembeli, V. Putri S. sebagai pembeli 2, Semit dan Catelynn sebagai teman Leony, Lilo dan Boni sebagai preman, Semit D. sebagai petugas lapas, Wati sebagai penjual warung kopi, Yusman sebagai security kantor, Catur Windu dan Riki Fabiono sebagai warga
Hari pertama proses syuting pun dimulai. Minggu, 15 Oktober 2022 pukul 05.00 semua crew FFA sudah mempersiapkan peralatan syuting. Sutradara, produser. Crew cameramen, crew lighting, crew konsumsi, crew makeup artis berkumpul di tempat parkir motor Gedung Gereja Santo Barnabas. Setelah berkumpul sejenak untuk koordinasi dan berdoa bersama maka masing-masing crew mempersiapkan dan mengecek peralatan masing-masing. Suasana yang begitu cair dari semua crew memompa semangat untuk memulai menjalankan tugasnya masing-masing. Setelah semua peralatan sudah siap dan pemeran pun sudah siap maka sutradara mengajak semua crew kameramen, lighting, crew dekorasi, dan soundman untuk segera menuju lokasi pertama pengambilan gambar. Pukul 08.30 proses syuting pun dimulai. Proses pengambilan gambar scene pertama berjalan agak tersendat karena persiapan lokasi yang perlu disesuaikan dengan suasana dalam cerita, selain itu juga perlu beberapa kali pengulangan adegan karena kesalahan Teknik. Di scene pertama ini suasana masih dibawa serius.
Pada Scene selanjutnya proses syuting masih dilakukan di luar Gedung. Hari semakin siang, cahaya matahari semakin menyilaukan, dan udara pun semakin terasa panas. Para crew lighting pun bekerja keras untuk mengatur cahaya supaya bisa merata. Beberapa adegan yang terpaksa harus diulang-ulang membuat keringat terus bercucuran dibawah terik matahari. Meskipun adegan diulang-ulang suasana syuting tetap kompak. Adegan-adegan lucu saat syuting dan kelucuan-kelucuan dari crew film menjadi hiburan tersendiri yang selalu menjadi obat kelelahan saat syuting. Setelah syuting di luar di hari pertama proses syuting dihentikan sejenak untuk makan siang.
Setelah makan siang selesai langsung mempersiapkan syuting selanjutnya di dalam Gedung. Semua crew kembali mempersiapkan peralatan. Tem lighting mempersiapkan lampu-lampu yang yang menunjang proses syuting. Sutradara bersama crew kameramen dan pemain film mempersiapkan adegan dan Teknik pengambilan gambar. Setelah semua proses persiapan selesai dilakukan maka proses syuting pun dimulai. Untung saja proses syuting di luar sudah selesai dilakukan karena siang itu terjadi hujan yang sangat deras. Meskipun hujan deras proses syuting terus berjalan karena dilakukan di dalam Gedung. Kejadian lucu pada saat pemain film salah ucap dan candaan ringan yang dilontarkan oleh crew membuat semua tidak bisa menahan tawa. Tak terasa matahari pun sudah tenggelam di ufuk Barat. Suara-suara jangkrik dan katak pun menghiasi malam. Namun hebatnya meski sudah seharian melakukan syuting, tidak nampak rasa lelah dari para pemeran film dan semua crew yang terlibat dalam proses syuting. Proses syuting kembali dihentikan sejenak untuk memberikan amunisi dengan makan malam bersama. Masih ada beberapa adegan yang harus diselesaikan setelah makan malam.
Di lokasi yang berbeda proses syuting pun dilanjutkan. Adegan di luar Gedung dan di dalam Gedung pun dimainkan. Hal ini cukup merepotkan tim lighting karena membutuhkan banyak lampu. Kameramen pun turut membantu crew lighting. Begitu pula crew lainya guna mempercepat persiapan syuting. Belum selesai mengatur lampu, tiba- tiba hujan kembali turun di malam hari. Dengan gerak cepat segera memindahkan kembali peralatan supaya tidak terjadi konsleting listrik. Scene di luar Gedung terpaksa ditunda, dan beralih adegan di dalam Gedung. Kembali crew lighting harus mengatur kembali lampu sesuai dengan scenario. Crew cameramen, soundman dan sutradara kembali mempersiapkan adegan di dalam Gedung. Malam semakin larut namun adegan di dalam Gedung pun harus kembali diulang ulang untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan sang sutradara. Rasa mengantuk sudah tak terbendung lagi, namun semangat untuk menyelesaikan syuting hari pertama membuat rasa kantuk pun hilang. Setelah hujan reda adegan diluar Gedung pun segera dipersiapkan. Semua dengan cepat mempersiapkan. Pada saat mempersiapkan peralatan, ada kejadian kecil yang membuat beberapa crew sedikit terkejut dan membuat salah tingkah. Hal itu terjadi karena ada kesalahpahaman dan kurangnya memahami maksud Ketika mempersiapkan lighting. Namun hal ini segera diselesaikan sehingga kegiatan syuting bisa terus berlanjut. Akhirnya sekitar pukul 23.30 proses syuting hari pertama selesai. Kami pun segera membereskan peralatan. Pada pukul 24.30 semua peralatan selesai dikemasi. Semua crew akhirnya mulai meninggalkan lokasi untuk beristirahat di rumah masing-masing, dan besok paginya pukul 09.00 akan dilanjutkan proses syuting di hari kedua.
Minggu pagi pukul 08.00 kami semua sudah berkumpul kembali di lokasi syuting di tempat yang berbeda. Suasana ceria Nampak pada para crew. Tidak Nampak rasa Lelah meskipun hari Sabtu telah bertugas dari pagi hingga larut malam. Setelah kami melakukan briefing, kami melanjutkan untuk pengambilan gambar. Pada pukul 09.00 crew cameramen menuju Gereja Santo Barnabas. Di Gereja sudah menunggu Sandy dan Darwin. Kebetulan syuting pertama mengambil lokasi di jalan raya di bawah fly over. Sengaja kami tidak banyak melibatkan banyak crew di lokasi ini dengan maksud tidak menimbulkan keramaian dan memancing para pengguna jalan untuk melihat. Setelah kami selesai mengambil gambar kami semua kembali ke semula ke titik pengambilan gambar yang lokasinya cukup jauh dari gedung gereja. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit kami sampai di lokasi syuting.
Di lokasi syuting hari kedua, semua crew dan pemain sudah siap. Tim kameramen pun segera mempersiapkan perlengkapannya. Semua lampu dipersiapkan, tim audio pun sudah berada di posisinya masing-masing. Pengambilan gambar scene demi Scene berjalan dengan lancar di hari kedua. Semua pemain dapat melakukan akting dengan baik dan menguasai skenario. Meski terkadang harus diulang karena tak kuasa menahan tawa akan tingkah dan ucapan yang membuat ngakak. Ketika pemain sudah serius tiba-tiba ada crew yang bikin tertawa atau ada yang lewat sehingga adegan pun harus diulang. Namun semua bisa cepat kembali ke situasi serius sehingga adegan dapat terekam dengan baik. Sekitar pukul 21.00 semua proses syuting hari kedua berhasil diselesaikan. Semua crew kemudian membereskan semua peralatan. Meski rasa lelah karena seharian bekerja keras namun semua ceria dan lega karena proses syuting hari pertama dan hari kedua telah selesai. Setelah ditutup dengan doa, semua tim FFA Barnabas dengan kompak mengemasi semua peralatan syuting. Semua alat dikelompokan dan dicek sesuai dengan data tempat sewa. Begitu pula yang peralatan dari gereja atau milik pribadi dicek kelengkapannya. Setelah semua beres kami kembali ke rumah masing-masing. Langkah selanjutnya tinggal menunggu informasi hasil edit film dari Darwin.
Pada hari Kamis ( 27/10/2022) Puji Tuhan jerih lelah dan kerja keras tim FFA Komsos Barnabas telah berhasil merampungkan film dengan judul “WONG.” Film dengan soundtrack lagu dari kumpulan orang muda Katolik Santo Barnabas berjudul “Menjaga Hati” dengan Musik & Lirik : Njoy ( Komsos Barnabas), drum : Marvel, Bass : Farrel, Gitar : Edo, Keyboard : Aldo
vokalis Katrin, Denta, dan Agnes Setelah semua tim FFA menonton hasil editan, perlu ada sedikit sound effect yang harus dirapikan, maka Film “WONG” terpaksa harus ditunda penayangan di youtube sementara waktu sambil menunggu thumbnail film. Pada hari Sabtu malam ( 29/10/2022) Film berjudul “WONG” hasil karya tim FFA Komsos Barnabas sudah dapat dinikmati oleh pemirsa di channel youtube https://youtu.be/BL8IkFxDyOM
Terima kasih Romo Petrus Cipto Nugroho selaku pastor kepala Paroki Pamulang, Gereja Santo Barnabas yang telah memberikan kesempatan Komsos Barnabas untuk ikut serta dalam lomba FFA yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Jakarta bekerja sama dengan TSBP5. Terima kasih pula kami ucapkan kepada seluruh umat Paroki Barnabas yang telah mendukung maupun yang berkenan terlibat langsung dalam pembuatan film ini. Mohon maaf jika selama proses pembuatan film ini mengganggu kegiatan-kegiatan lain di Gereja Santo Barnabas.Penulis: Andri Sulistyanto
Leave a Reply