Misa inkulturasi Budaya pernah diselenggarakan di Gereja Santo Barnabas, Paroki Pamulang di tahun 2020 yaitu misa inkulturasi budaya Jawa dan budaya Flores. Berkaitan dengan misa inkulturasi budaya, pada hari Minggu ( 26/6/2022 ) juga diselenggarakan misa inkulturasi budaya Batak. Untuk kali pertama misa inkulturasi budaya Batak dilaksanakan dalam rangkaian peringatan HUT ke-29 Gereja Santo Barnabas, Paroki Pamulang.
Penyelenggarakan misa inkulturasi budaya Batak disambut gembira oleh seluruh umat Paroki Pamulang, khususnya umat yang berasal dari Sumatera Utara. Dengan dibukanya kembali misa secara offline pasca pandemi mendorong umat Paroki Pamulang mengikuti misa secara langsung. Meski dibatasi kapasitas umat yang bisa ikut dengan mendaftar di belarasa tidak mengurangi antusias umat untuk mengikuti misa offline. Seiring dibukanya kembali misa secara offline secara penuh, maka dalam pelaksanaan misa inkulturasi budaya Batak pada hari Minggu, 26 Juni 2022, pukul 10.00 berlangsung sangat meriah. Kemeriahan dapat dilihat dari meningkatnya umat yang hadir dengan berpakaian adat Batak dengan segala pernak-perniknya. Hal itu tidak hanya dilakukan oleh umat yang berasal dari suku Batak saja tetapi juga dilakukan oleh umat Paroki Pamulang dari suku-suku yang lain. Tampak berbeda pula penampilan dari para petugas tata laksana, sie liturgi, paduan suara, lektor, pemazmur bahkan Komsos pun ikut serta memeriahkan dengan mengenakan pakaian atau aksesoris khas Batak.
Suasana menjadi semakin syahdu dan menyentuh ketika misa dimulai. Kelompok paduan suara menyanyikan lagu pembukaan berjudul ” Mejuah Juah” diiringi musik seruling yang mengalun-alun dan musik kendang ditabuh dengan begitu indahnya. Gerakan tari-tarian adat yang begitu lembut mengiringi perarakan pastor menuju altar. Semua umat tertegun mendengarkan dan melihat secara langsung prosesi pembukaan misa dengan budaya Batak. Tidak heran banyak umat yang menggunakan kesempatan untuk mengabadikan dengan menggunakan ponselnya meski hanya dari tempat duduk. Seluruh umat bagaikan dibawa terbang mengikuti misa di Sumatera Utara.
Kemeriahan juga tampak pada saat persembahan. Prosesi membawa persembahan yang diiringi tarian dan lagu Persembahan yang berjudul”Dison Andong Huboan Tuhan” membuat umat semakin tertegun dan terkesima. Bahkan ketika sebelum lagu penutup dinyanyikan lagu berjudul” O Tano Batak” beberapa umat sampai meneteskan air mata.
Setelah berkat dan lagu penutup mereka menggunakan momen untuk berfoto bersama. Sambil menunggu giliran foto di depan altar mereka gunakan untuk bercengkrama dan berfoto di sisi-sisi lain gereja. Melihat kemeriahan misa inkulturasi adat Batak membuat saya tertarik untuk mengulik dibalik kemeriahan dan kesuksesan serta bagaimana harapan mereka ke depan berkaitan dengan adanya misa inkulturasi di Gereja Santo Barnabas. Dari hasil wawancara saya dengan wakil panitia mengatakan ketika mendapat kesempatan untuk tugas misa inkulturasi Batak, mereka kaget. Mereka mempersiapkan paduan suara, tarian,dll hanya dalam waktu 2 minggu. Itu adalah waktu yang sangat singkat. Hal yang paling sulit bagi mereka adalah mengumpulkan orang-orangnya karena sudah lama tidak bertemu meski punya wadah yang namanya (IKSU) Ikatan Keluarga Katolik Sumatera Utara namun sudah jarang ketemu hanya sebatas komunikasi lewat grup saling info-info saja sehingga mau mengadakan acara itu tidak terbayang. Namun berkat support dan dukungan banyak pihak sehingga dapat mempersiapkan tugas misa dengan baik meski tertatih-tatih. Mereka sangat bangga mendapat kesempatan pertama kali bertugas misa inkulturasi budaya dan menjalankan tugas dengan sukses. Mereka mewakili masyarakat Sumatera Utara yang terdiri dari banyak suku, perti : suku Batak, suku Karo, suku Nias, suku Simalungun, suku Mandailing, suku Pakpak dll. juga mengungkapkan kegembiraan karena dengan acara ini mereka merasa seperti satu kampung berkumpul bersama. Harapannya semoga kegiatan misa inkulturasi budaya ini akan terus diadakan.
Penulis: Andri Sulistyanto
Leave a Reply